Jumat, 15 April 2011
PENULISAN ILMIAH
Tehnik Penulisan Ilmiah Populer PENDAHULUAN Istilah karya ilmiah digunakan untuk sebuah tulisan yang mendalam sebagai hasil mengkaji dengan metode ilmiah. Dalam hal ini bukan berarti bahwa tulisan itu selalu berupa hasil penelitian ilmiah. Sebagai contoh tulisan yang berupa petunjuk teknik atau bahkan cerita pengalaman nyata dan pengalaman biasa, yang bukan hasil penelitian ilmiah tetapi disajikan dalam bentuk yang mendalam sebagai hasil ilmiah. Itulah sebabnya tulisan tentang bagaimana bercocok tanam jagung, pemeliharaan ikan bandeng, proses pembuatan es, dapat disajikan secara ilmiah. Sedangkan istilah tulisan ( karya tulis) dimasukkan, untuk menyatakan karangan yang disusun berdasarkan ide penulisnya yang diperkuat oleh data serta pernyataan dan gagasan orang lain. Itulah sebabnya kita mengenal istilah penulis. Dalam hal ini harus dibedakan antara penulis dengan pengarang. Penulis di samping mengungkapkan ide yang terkandung di dalam dirinya, dapat juga ide tersebut didukung oleh gagasan dan pernyataan orang lain, bahkan kadang-kadang penulis hanya mengkombinasikan pendapat dari banyak orang, serta didukung oleh informasi yang diolah dalam bentuk baru dan utuh. Ciri khas sebuah karya tulis yang disusun berdasarkan metode ilmiah ialah keobyektifan pandangan yang dikemukakan, dan kedalaman makna yang disajikan. Keobyektifan dan kedalaman, dua hal yang senantiasa diusahakan agar tulisan dapat dirasakan ilmiah. Sedangkan pengarang semata-mata mengungkapkan pernyataan dan pendapat berdasar ide yang mencuat dari dalam dirinya, tanpa didukung oleh data dan informasi yang jelas. Sebuah tulisan akan dirasakan ilmiah apabila tulisan itu mengandung kebenaran secara obyektif, karena didukung oleh informasi yang sudah teruji kebenarannya (dengan data pengamatan yang tidak subyektif) dan disajikan secara mendalam, berkat penalaran dan analisa yang mampu menukik ke dasar masalah. Tulisan ilmiah akan kehilangan keilmiahannya apabila yang dikemukakan ilmu (teori dan fakta) pengetahuan saja yang sudah diketahui oleh umum dan berulang kali dikemukakan. Penulisan ilmiah menuntut adanya keterampilan khusus dari penulisannya, karena di samping harus mengumpulkan data, menganalisa data, dengan menggunakan metode ilmiah juga menyajikan dalam bentuk tulisan. Bahasa dalam karya ilmiah dituntut lugas/harfiah makna kata-katanya. Atau boleh dikatakan pembaca tidak menafsirkan arti kata-katanya satu persatu. Itulah sebabnya tulisan ilmiah mengandung makna denotataif. Macam-Macam Penulisan IImiah Hasil dari suatu penelitian dpat ditulis dalam berbagai bentuk tulisan ilmiah seperti karya tulis, paper, report, skripsi atau tesis, desertasi, dan sebagainya. Karyatulis ialah karya ilmiah yang disusun siswa Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) untuk melengkapi syarat-syarat mengikuti Evaluasi Belajar Tahap akhir (EBTA). Karyatulis harus bersifat pemecahan persoalan dari suatu tema, sehingga kesimpulan-kesimpulan karyatulis memberi sumbangan yang nyata bagi perkembangan hasil pengolahan mengenai suatu hal dengan mempergunakan e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 1 metode-metode ilmiah. Karyatulis harus bertemakan persoalan dalam lingkungan jurusan siswa yang bersangkutan. Paper ialah hasil penelitian ilmiah yang ditulis oleh seseorang sebagai bahan pertanggungjawaban yang dibebankan kepadanya. Kadang-kadang seorang mahasiswa menyusun paper untuk dipertanggungjawabkan kepada dosennya kalau ia ingin lulus dari sesuatu mata kuliah tertentu. Begitu pula kadang-kadang seorang pejabat atau seorang ahli diminta membuat paper untuk bahan seminar atau simposium, kalau ia ditunjuk sebagai pemasaran atau pembahas utama. Report atau laporan, juga merupakan karya tulis dari hasil suatu tugas atau penelitian, yang harus diserahkan pada suatu instansi. Berbeda dengan paper biasanya report kalau sudah diserahkan tidak lagi dipertanggungjawabkan. Khusus bagi lingkungan perguruan tinggi report ini biasanya diminta dari hasil kerja mahasiswa sesuai dengan profesi atau spesialisasinya masing-masing. Skripsi dan tesis sebenarnya sama, hanya istilahnya saja yang berbeda. Tetapi ada beberapa pihak yang sengaja membedakan antara skripsi dengan tesis, dengan alasan isi dan mutu tesis harus lebih baik daripada skripsi. Oleh sebab itu skripsi dianggap sebagai tulisan ilmiah yang merupakan bagian dari syarat-syarat untuk meraih gelar sarjana muda, dari suatu perguruan tinggi. Sedangkan tesis dianggap sebagai tulisan ilmiah yang merupakan bagian dari syarat-syarat ujian untuk mencapai gelar sarjana lengkap, dari suatu perguruan tinggi buah skripsi hendaknya mahasiswa bahwa melaksanakan penelitian empiris, dan untuk menyusun tesis hendaknya mahasiswa mengadakan penelitian yang bersifat studi eksperimental. Analisa statistik akhir-akhir ini juga sering digunakan baik pada skripsi maupun pada tesis. Desertasi yaitu suatu tulisan ilmiah yang biasaya dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh gelar doktor dalam suatu cabang ilmu pengetahuan. Desertasi ini biasanya dipertahankan oleh penyusun promovendus di depan para guru besar dari suatu lingkungan perguruan tinggi. Dalam hubungan ini biasanya promenvendus biasanya didampingi oleh suatu konsultan yang biasanya disebut promotor dan seorang pembantu konsultan yang disebut co-promotor. Memilih Tema Pertama-tama yang perlu dipersiapkan sebelum menulis yaitu menentukan tema. Pokok persoalan yang akan ditulis harus jelas agar nantinya di dalam mengerjakannya tidak salah tafsir dan salah dalam mengumpulkan data serta arah tulisan tersebut. Mengenai tema tulisan, memang kadang- kadang kita harus menentukan sendiri tetapi juga tidak jarang yang mendapat pesanan dari pembimbing, lengkap dengan topiknya. Menurut arti katanya tema berarti subyek atau pokok pembicaraan. Tema adalah suatu pemberitaan yang khusus, sebuah pengalaman, proses, atau sebuah ideo di dalam karya ilmiah (termasuk karya tulis) tema selalu menjadi judul karya tersebut. Mengenai tema atau pokok persoalan mana yang akan ditulis, sebenarnya sumber-sumber ada di sekitar kita menyediakan bahan yang tidak akan habis untuk kita tulis. Segala sesuatu yang menarik perhatian kita, pengalaman dimasa lampau atau masa kini dapat dijadikan tema tulisan. Beberapa jenis tema yang biasa dipakai dalam penulisan ialah autobiografi, atau tulisan-tulisan yang bersifat deskriptif-neratif lainnya. Apabila kita memilih tema ekspositoris (yang bersifat informatif) maka tema tersebut akan diuraikan dalam suatu proses, misalnya bagaimana memimpin perusahaan, bagaimana beternak kelinci, bagaimana menanam jamur, dan sebagainya. e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 2 Bagi suatu tulisan ilmiah topik haruslah dibatasi, baik ruang lingkup (scope) maupun istilah yang dipakainya semakin sempit ruang lingkup permasalahannya, menjadi semakin menguntungkan karena akan semakin mudah didalam mempertanggung jawabkannya. Di dalam memilih tema hendaknya kita memperhatikan beberapa pedoman seperti dibawah ini ; 1. Tema hendaknya sesuai dengan profesi/spesialisasi kita masing-masing. 2. Tema hendaknya dipilih dari masalah yang aktual supaya selalu menarik. 3. Sesuatu tema tulisan hendaknya mempunyai ruang lingkup dan masalah yang terbatas, makin sempit ruang lingkup makin baik. 4. Pilihlah tema yang bahan-bahan mudah diperoleh dan dapat dikuasai. 5. Tiap-tiap istilah yang di anggap penting dalam judul tulisan (yang merupakan cerminan tema) haruslah diberi batasan arti supaya tidak timbul penafsiran yang salah dari pihak lain. Di pihak lain, tema yang baik haruslah mempunyai ciri-ciri positif sebagai berikut : 1. Kejelasan Kejelasan merupakan hal yang esensial bagi sebuah tulisan yang baik. Kejelasan dapat dilihat dari ide sentralnya, melalui subordinasinya, maupun kalimat-kalimatnya. Struktur kalimat harus matang dan bervariasi, karena dengan demikian tampak bahwa penulisannya telah memikirkan sematang- matangnya sampai kepada kalimat-kalimatnya. 2. Kesatuan dan Keharmonisan Sebuah tulisan yang baik harus tetap membatasi dirinya dalam mengemukakan ide tunggal, sehingga karena ia bertolak dari ide tunggal maka pembaca-pembaca justru dapat menyimpulkan karangan itu dalam sebuah kalimat tunggal. 3. Kesalahan yang seeing dibuat adalah mengenai perkembangan. Kesatuan dapat dicapai dengan beberapa latihan singkat, tetapi membuat perincian sedetil-detailnya merupakan hal yang sangat sulit. Penulis tentu tahu tentang masalah yang ditulisnya, tetapi pembaca belum tentu dapat memahami maksud pengarang. Itulah sebabnya diperlukan adanya perincian-perincian yang konkrit dan teratur dari pokok-pokok persoalan tersebut. 4. Keaslian Tema yang baik harus mengandung keaslian. Keaslian mungkin terletak pada topiknya, segi pandangannya, tetapi dapat juga terdapat dalam pendekatannya dalam rangkaian kalimat-kalimat atau pilihan judulnya. Merencanakan Penulisan Ilmiah Seorang Insiyur teknik sipil yang akan membangun jembatan atau gedung, ia akan membutuhkan sebuah perencanaan yang serius. Demikian Juga seorang penulis sebelum ia melakukan tugasnya hendaklah merencanakan segala sesuatu berkenaan karyanya. Agar pembicaraan menjadi teratur diperlukan suatu susunan atau yang lebih dikenal dengan sistematika. Untuk itu, sebelum mulai menulis baiklah dibuat lebih dahulu garis besar karangan. Garis besar karangan, yang didalam bahasa lnggris disebut 'Outline" yang dianggap sebagai rencana kerja sebelum penulis mulai melangkah. dapat menolong penulis menyusun pikirannya. Seorang penulis profesional memang tidak membutuhkan lagi garis besar, mereka terus menghadapi mesin ketik dan yang hendak ditulisnya seakan meluncur begitu saja, tanpa tersendat-sendat. Akan tetapi jumlah mereka tidaklah banyak. Pada umumnya kita membutuhkan waktu berhari-hari, bahkan berbulan-bulan untuk e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 3 melahirkan sebuah karya. Dalam hal ini garis besar sangat menolong sekali, teristimewa lagi bagi penulis pemula. Garis besar, yang boleh dikatakan bagian umum suatu rencana, kelak setelah karya tersebut selesai sejajar dengan isi atau malah menjadi "daftar isi" karangan tersebut. Kegunaan Garis Besar : 1. Dengan membuat garis besar maka akan kelihatan maksud tulisan tersebut, atau jika maksud tersebut telah ditetapkan dalam pikiran maka kita harus mengarah pada tujuan yang hendak dicapai. 2. Dari garis besar akan kelihatan juga penentuan persoalan dan pembatasannya. 3. Garis-garis juga memberikan kemungkinan untuk kalimat hal-hal apa (misalnya buku-buku bacaan) yang diperlukan untuk menulis, atau hendaknya apa yang diperlukan, serta metode yang sesuai untuk memecahkan persoalan tersebut. 4. Garis besar memungkinkan kita meninjau perimbangan bab-bab atau bagian-bagian dalam karangan tersebut. Kita dapat merencanakan berapa halaman panjangnya, menurut suatu perimbangan yang baik. 5. Garis besar memperlihatkan juga pemecahan persoalan (kesimpulan) 6. Dengan menghadapi sebuah garis besar penulis dapat melihat dengan jelas matei-matei yang diperlukan, serta materi-materi yang telah diperoleh harus dimasukkan dalam bab-bab yang mana. Dengan demikian nantinya sebuah karya ( karangan) akan kelihatan teratur, mempunyai hubungan timbal balik, dan tepat pada sasarannya. Kita mengenal bermacam-macam garis besar. Namun didalam karangan ini disebutkan dua macam, yaitu garis besar ringkas dan garis besar terurai. Contoh garis besar terurai ; 1. Pengertian koran masuk desa a. KMD sebagai sarana informasi, pendidikan, dan sosial kontrol b. KMD bukan berarti koran dibagikan pada masyarakat desa 2. KMD ( Koran Masuk Desa) sebagai sarana pembangunan a. Usaha merangsang masyarkat pedesaan untuk membangun b. Menjadikan desa sebagai subyek 3. KMD sebagai arena promosi pembangunan a. Apa yang dimuat dalam KMD b. Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membangun. Contoh-contoh Garis besar ringkas : 1. KMD - pengertiaannya a. Sarana informasi, pendidikan, dan sosial kontrol b. Bukan berarti dibagi-bagikan 2. KMD - sebagai pembangunan a. Merangsang masyarakat b. Menjadikan subyek 3. KMD - arena promosi a. Apa yang dimuat b. Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat. 4. Kesimpulan. Melihat kedua contoh di atas jelas bahwa antara garis besar terurai dengan garis besar ringkas lebih menguntungkan garis besar terurai. Di satu pihak garis besar terurai merupakan kalimat-kalimat selesai, sehingga nantinya di dalam mengerjakannya tidak akan timbul keragu-raguan lagi. Di pihak lain garis besar ringkas hanya tercantum kepala-kepala persoalan yang memungkinkan kita tidak ingat lagi dalam waktu beberapa hari saja. Itulah sebabnya garis besar terurai di dalam merencanakan karya ilmiahnya. e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 4 Oleh sebab itu sebagai penulis katakan di atas bahwa garis besar adalah sesuatu yang dapat menolong pengarang/penulis didalam jalan pikirannya. maka garis besar selamanya dapat diubah. dan kalau perlu dirombak . apabila tidak sesuai dengan jalan pikiran kita. Itulah sebabnya kadang-kadang kita membuat garis besar/outline yang baru setelah karya tersebut selesai kita kerjakan. Sekali lagi jangan dilupakan bahwa garis besar hanyalah alat penolong, bukan tujuan. Syarat-syarat garis besar yang baik Sebelum kita melangkah pada masalah bagaimana kita memperoleh data untuk penyusunan penulsan ilmiah. sebaiknya kita membicarakan tentang garis besar outline yang baik. Sebenarnya di dalam membicarakan perencanaan garis besar telah disinggung pula mengenai persyaratan untuk menyusun garis besar. Tetapi untuk mendapatkan gambaran secara khusus maka hal itu akan kita bicarakan secara tersendiri. Lepas dari besar kecilnya garis besar yang dibuat. sebuah garis besar/outline haruslah memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut: a. Tiap unit (satuan) garis besar harus mengandung hanya satu ide. Di dalam tiap unit garis besar tidak boleh memiliki lebih dari satu ide pokok. Akibatnya tidak boleh ada pokok yang terdiri atas dua kalimat atau topik. Kalau terjadi maka ide pokok tersebut haruslah dipecah ke dalam dua topik atau dua kalimat. Apabila dua ide pokok tersebut dibiarkan dalam satu unit maka hubungan strukturnya tidak akan tampak jelas. Oleh sebab itu kalau terjadi hal yang demikian maka garis besar tersebut harus segera direvisi (diperbaiki). Bila kedua ide tersebut berada dalam situasi yang setara, maka masing-masingnya harus ditempatkan pada urutan simbol yang sama derajatnya. Namun apabila berbeda maka ide-ide tersebut haruslah ditempatkan dalam simbol yang berbeda derajatnya. Agar memperoleh gambaran secara nyata maka perhatikan contoh berikut : Tema a. Kekerasan hidup 1. Manusia dalam proses pencarian identitas dirinya. 2. Kesulitan manusia dalam berhubungan dengan sesamanya. b. Keingintahuan manusia terhadap segala sesuatu 1. Segala yang dipikirkan orang lain 2. Apa yang dirasakan oleh orang lain c. Pokok-pokok dalam garis besar harus disusun secara logis. Persoalan-persolan atau fakta-fakta yang dicatat dibawah judul utama haruslah merupakan bawahan langsung dan tidak boleh sama pentingnya dengan judul utamanya. Hal ini dimaksudkan agar pembicaraan dalam bab-bab tersebut mengarah pada sasarannya. Demikian juga tiap pokok tambahan haruslah secara langsung menunjang atau mendukung dan memperkuat pokok yang penting, sehingga urut-urutannya logis. Perhatikan contoh dibawah ini : e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara 5Salah Benar I.KUD berazaskan gotong royong dan kekeluargaan A. Mewajibkan para anggotanya untuk membayar iuran pokok, wajib dan sukarela. II. Meningkatkan taraf hidup anggotanya. III. Menyadarkan masyarakat untuk saling membantu. A. Keuntungannya dibagi – bagikan anggotanya. B. Memberikan kesadaran untuk tidak menggantungkan dirinya pada orang lain. 1. Mudah mendapatkan pinjaman 2. Bunganya kecil 3. Tidak berbelit – belit. I. KUD membawa manfaat langsung bagi para anggotanya. A. Meningkatnya taraf hidupnya B. Menyadarkan kepentingannya arti gotong royong dan kekeluargaan II. KUD membawa manfaat tidak langsung bagi para anggotanya. A. Menyadarkan anggotanya agar tidak menjadi permainan lintah darat B. Menyadarkan anggotanya agar tidak menggantungkan dirinya pada orang lain. SUMBER : SUWARDI LUBIS, FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar